MY COMMUNITY

SELAMAT DATANG DAN BERGABUNG DENGAN ANGGOTA BLOGGER JKM COMMUNITY

Minggu, 14 November 2010

KUNANG-KUNANG DI DALAM MIMPI

  Ketika fajar tiba dari ufuk timur, cahayanya menerangi ruang nalar dan
   warna kemerahan perlahan-lahan berjalan menembus celah-celah hati yang
   kelabu. Sosok tinggi dan langsing, menurut ukuran timur, tidak
   bercahaya walau wajahnya kemerah-merahan oleh fajar. Tubuhnya
   dibiarkan tergeletak semaunya di atas peraduan. Kulitnya dibiarkan
   terterpa kesemrawutan cuaca dalam ruang tidurnya. Sebenarnya matanya
   telah melihat dunia, tapi hati yang galau membuatnya lemah untuk
   mencium dan merasakan aroma pagi.
   Kegalauan berawal kemarin ketika perempuan bertemu kakak mantan
   kekasihnya. Keseimbangan pikiran terbagi oleh dorongan dan semangat
   yang mengajaknya kembali kepelukan mantan kekasih yang tidak
   berpendirian. Padahal pertemuan itu sangat-sangat tidak ia harapkan,
   walaupun sebenarnya pertemuan dengan mantan kekasihnya dapat memuaskan
   dahaganya sebagai teman. Hanya sebatas teman.
   Pusing melanda isi kepalanya. Tangannya memegang bantal dan kepalanya
   dihempaskan dan tenggelam di dalamnya.
   Mengapa? Mengapa mantan kekasih memberi harapan untuk kembali. Akankah
   kembalinya ia akan mengantungi kebahagiaan? Atau apakah hanya akan
   menelan kepahitan berulang-ulang?
   Itu yang membuat otaknya seperti benang kusut dan suara gemuruh
   mesin-mesin yang melintas tidak menimbulkan keinginan perempuan
   beranjak dari tempatnya.
   Beberapa bulan lalu ia sudah menghempaskan kenangan manis dan pahitnya
   dalam sebuah sampah ilusi. Dan rasanya kedua mahluk itu tidak akan
   mengganggunya lagi. Baik di dalam mimpi atau bayang-bayang pikirannya.
   Semua telah terlupakan dan harapan kembali terbuka untuk meraih
   kesenangan dan kebahagiaan. Hingga mimpi itu datang menjadi kenyataan.
   Kapankah?
   Sudah hampir dua tahun lamanya ia merajut benang cinta dan sebuah
   pesta pernikahan yang dimimpikan dalam tidurnya kelak akan menjadi
   kenyataan. Beratus-ratus undangan akan menyalaminya. Sahabat dan
   kerabat akan mendoakannya meraih kebahagiaan dengan anak dan rezeki
   yang banyak. Cahaya pun akan memancar dari wajahnya yang bersih dan
   membuat gigi-gigi tersenyum memandang kecantikan sang permaisuri
   sehari. Sindiran-sindiran orang-orang dewasa juga dilontarkan dan
   membuat sang permaisuri dengan kemalu-maluan tersenyum. Malam pun akan
   menunggu. Dan permaisuri akan menyambut malam dengan senyum yang
   mengembang. Senyum untuk sang raja sehari.
   Hatinya seperti burung putih melesat ke udara. Lapang sekali. Sehingga
   kemanapun ia terbang tidak akan menyentuh bumi. Itu terjadi ketika
   sebuah boneka beruang cantik diberikan kepadanya sebagai lambang awal
   dari sebuah percintaan. Boneka itu tiba-tiba saja sudah berada di sisi
   peraduan. Duduk dan menatapnya saat ia membuka pintu. Kaget! itulah
   kesan pertama dari sebuah misteri percintaan. Siapakah gerangan yang
   mendudukan boneka itu? Berani-beraninya ia masuk ke dalam kamar
   apartemenku. Perempuan tetap tidak percaya.
   Misteri berakhir dengan pengakuan lelaki yang ia mimpikan. Lelaki yang
   kelak akan menjadi kekasihnya. Pendamping hidup mengarungi samudera
   dunia.
   Dua tahun berjalan seperti air sungai. Perempuan dan kekasih melangkah
   dengan pasti menuju harapan dan mimpi yang ia bangun. Kepindahan
   mereka dari lokasi proyek penelitian di Kalimantan menuju Ibu kota
   sudah menjadi keputusan dan keyakinan. Keyakinan yang membawa kepada
   kehidupan menjadi lebih nyata dan bermakna. Sang kekasih meneruskan
   menimba ilmu di perguruan tinggi dan perempuan melanjutkan cita-citan
   untuk mengabdi kepada pasien-pasien yang membutuhkan ilmunya. Dunia
   seperti ramah kepadanya. Orang-orang menghormati dan meninggikan
   hatinya. Hari-hari dilalui seperti angin dan setahun pun bagai sehari.
   Begitu cepat waktu bergulir.
   Namun sebuah pertentangan muncul disaat perbedaan sudah bukan menjadi
   batu yang tidak terpecahkan. Hati begitu dekat. Keinginan keluarga
   kekasih meninggalkannya dan menggantinya dengan perempuan lain mulai
   menyobek sebuah bangunan kepercayaan. Mimpi-mimpi mulai jelas namun
   perlahan-lahan pudar, berjatuhan dan hancur. Irama hidup mulai
   bergeser dari arahnya. Kegalauan selalu hinggap di hatinya tanpa mau
   cepat-cepat hilang. Merayap mengelilingi kepalanya.
   Kepercayaan yang begitu sulit dibangun, begitu saja dengan mudah
   menguap karena ketidak berdayaan kekasihnya dalam bersikap.
   Keragu-raguan kekasihnya menyadarkan akan sebuah kelemahan. Kelemahan
   menyakitkan hatinya. Padahal hanya beberapa kata saja yang perempuan
   inginkan keluar dari mulut kekasih.
   Tidak!
   Sebuah bangunan cinta yang tidak mampu dirubuhkan oleh siapa pun
   kecuali oleh ketidak abadian. Tapi, tidak ada yang keluar melalui
   bibir kekasih kecuali ungkapan pasrah atas ketidak merdekaannya.
   Perempuan masih di atas peraduan walau surya mulai memanasi tubuhnya.
   Cahaya surya memasuki kamar apartemennya melalui kaca jendela yang
   selalu terbuka di lantai 15. Aroma melati dari pengharum ruangan
   mengelitik-gelitik hidungnya. Ia tidak juga membuka mata sayunya. Ia
   masih galau dan tengah berada dalam penantian.
   Hp-nya berdering sekali. SMS masuk.
   Perlahan-lahan perempuan bangkit walau rasa malas membebani tubuhnya.
   Ia mengambil HP di atas meja kecil di sisi peraduan. Segera perempuan
   membaca pesan yang masuk:
   8/16/01 6:37 Hai syng, gmn semlm? Bisa tdr nyenyak? Aku mau ke kntr,
   jam 3nanti kita ktemu diapartmnt mu. I love u
   Ia meletakan kembali HP-nya. Lalu duduk di sisi peraduan. Pikirannya
   masih membayangkan tentang adanya dua sisi berbeda bertemu.
   Aku harus membuat keputusan, Lirih.
   Dalam bayangannya, kembalinya dua sejoli kedalam ruang percintaan
   tidak akan mengembalikan kisah ke titik nol. Lalu mulai membangun
   bangunan kepercayaan, sayang, dan rindu perlahan-lahan. Sementara itu,
   hatinya akan menerima anak panah cinta dari seorang lelaki lain.
   Seseorang yang berbeda dari kekasih. Jauh berbeda. Mungkin karena
   usia. Mungkin juga pendidikan berbeda atau entahlah. Perempuan tidak
   mengerti apa yang ada dibenaknya. Mantan kekasih lebih muda darinya.
   Lelaki lain itu lebih tua tujuh tahun.
   Perempuan diam. Mimpi semalam begitu menyenangkan. Kunang-kunang
   menemaninya di taman. Cahaya redup berkelip-kelip dari ratusan
   serangga malam itu membantu menerangi wajah lembutnya. Serangga itu
   berputar-putar. Mengelilingi tubuh perempuan dengan pakaian putih.
   Berputar lagi tidak menyentuh tubuh perempuan sedikit juga. Perempuan
   mencoba berkata kepada kunang-kunang.
   Hai kunang-kunang manis, maukah kau mendengar penderitaan batin
   seorang perempuan?
   Mendadak kunang-kunang terbang seperti lebah. Mereka menjauhi
   perempuan sejauh lima meter. Mereka diam. Lalu kunang-kunang terbang
   berputar-putar dan tiba-tiba saja membentuk bayangan mirip seorang
   lelaki. Berdiri di depan perempuan dan pelan-pelang seperti berjalan
   mendekatinya.
   Perempuan mengerti. Kunang-kunang siap mendengarkan keluh kesahnya.
   Hai kunang-kunang, tahukah kau mengapa cinta datang dan pergi? Adakah
   cinta yang selalu tetap tertanam di hati? Ceritakanlah kepadaku
   tentang cinta itu. Apakah itu yang dinamakan cinta sejati?
   Kunang-kunang berpencar, kemudian mereka membentuk lambang cinta. Lalu
   berpencar dan kembali membentuk bayangan lelaki.
   Hai kunang-kunang bagaimanakah kalian menjalin cinta? Ajarkan aku cara
   mencintai dan dicintai.
   Perempuan diam menunggu jawaban kunang-kunang.
   Hai kunang-kunang, Tahukah kau hatiku sedang bimbang. Mantan kekasihku
   mencoba membujukku untuk kembali ke pangkuannya. Aku sudah tidak cinta
   lagi. Cintaku luntur oleh kelemahan sikapnya. Cintahku pupus oleh
   ketidak berdayaannya. Aku bukan perempuan sempurna. Tapi aku masih
   punya hati.
   Kunang-kunang menyebar lagi. Lalu dengan cepat membentuk
   lambang-lambang cinta dan kedamaian. Perempuan mengartikannya sebagai
   sebuah kekuatan keabadian cinta. Ia tersenyum.
   Tiba-tiba hujan turun. Lebat sekali. Kunang-kunang bubar dan pergi
   jauh bersembunyi untuk berlindung dari derasnya hujan. Perempuan
   terpaku di bawah siraman air hujan. Ia terduduk. Wajahnya tertunduk.
   Bajunya basah kuyup.
   Perempuan mencoba mengingat apa akhir dari mimpi-mimpinya. Tetapi
   tidak bisa karena hilang oleh pikiran kepada lelaki lain.
   Semalam sebelum matanya terbenam, ia dan lelaki lain menikmati malam.
   Berjalan di bawah sorot lampu dan lagu-lagu cinta. Menikmati film dan
   menelusuri caf_-cafe jalanan. Kemana kaki melangkah itulah yang mereka
   tuju. Peremuan bahagia menikmati malam. Lelaki lain benar-benar telah
   memanjakannya dengan segala perhatian. Ia berjanji untuk selalu
   menjaganya dan meninggalkan bangunan cinta yang telah rata dengan
   tanah. Untuk membangun kembali harapan-harapan dan cita-cita.
   Perempuan tersenyum.
   ******
   
   Tiba-tiba dengan keras pintu terbuka, tiga orang lelaki berjaket hitam
   masuk begitu saja ke kamar apartemennya. Pistol ditangan tiap-tiap
   lelaki. Teriakan suara mereka membuat gaduh. perempuan tersentak dari
   lamunannya.
   Jangan bergerak!
   Perempuan tak mengerti apa yang terjadi.
   Jangan bergerak! Angkat tangan!
   Perempuan ingin lari, tapi takut dengan pistol-pistol yang digenggam
   erat. Kakinya seperti terpaku dan begitu saja tangannya menuruti
   perintah lelaki itu. Hatinya menolak, tetapi tangannya sudah terlanjur
   terangkat ke atas. Seorang lelaki menodongkan pistol itu ke arah
   perempuan. Dua lelaki mengobrak-abrik lemari, laci, tempat tidur,
   toilet, mencari sesuatu. Mereka bekerja rapi dan cepat. Perempuan
   cemas dengan ketidak tahuan dan ketidak beranian.
   Berbalik! Ayo berbalik!
   Peremuan berbalik.
   Lelaki itu menyambar kedua tangan perempuan. Melipatnya kebelakang dan
   dengan cekatan memasangkan borgol besi dikedua pergelangan tangannya.
   Duduk!
   Perempuan kembali duduk di atas peraduan dengan hati bertanya. Tampak
   terlihat tulisan Polisi di punggung jaket. Mereka jelas Polisi.
   Gimana Jang? Lelaki satu bertanya kepada temannya.
   Kosong, buruan tidak ada.
   Keparat! Lelaki satu menendang kursi di pinggir peraduan.
   Iya, padahal informasi sudah lengkap.
   Atau kita salah apartemen?
   Tidak mungkin!
   Dan.., Lelaki tiga memanggil lelaki satu. Dapat komadan!
   Lelaki tiga membawa jaket kulit coklat yang diambilnya dari gantungan
   baju di belakang pintu. Ia mengambil sesuatu dari dalam saku jaket dan
   menyerahkannya kepada komandannya.
   Lelaki satu memegang benda putih terbungkus rapi sambil memandang
   perempuan. Ia merobek sedikit lalu mengambil serbuk putih itu dengan
   ujung jari. Ia mencicipi seperti mencicipi bumbu masak.
   Heroin.
   Lelaki satu mendekati perempuan.
   Dari mana kamu dapat benda ini.
   Perempuan menggeleng. Matanya takut.
   Sebaiknya anda membantu kami, dari mana anda mendapatkan barang haram
   ini?
   Perempuan menggeleng lagi. Bibirnya mulai bergetar dan air matanya
   terasa mengalir pelan.
   Panggilkan pengacara. Aku tidak mau menjawab tanpa didampingi
   pengacara.
   Oke, Jang amankan TKP. Das bawa dia ke kantor!
   Siap!
   Mereka membawa perempuan keluar tanpa memberi tahu keselahan apa yang
   ia perbuat.
   Sementara di kantornya, Lelaki lain sibuk dan resah mencari-cari
   sesuatu yang hilang. Di laci, celana, kemeja, jas, kolong meja, tempat
   sampah, asbak, tumpukan kertas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar