MY COMMUNITY

SELAMAT DATANG DAN BERGABUNG DENGAN ANGGOTA BLOGGER JKM COMMUNITY

Senin, 08 November 2010

Kisah Cinta Sejati Layla Majnun


Meski tidak pernah baca novel aslinya atau terjemahannya, pasti temen2 pernah denger meski sekedar potongan dari nama Layla atau Majnun. Ini adalah kisah cinta abadi sepanjang zaman... :)

Saya baca novel tersebut di perjalanan ke Ijtima Indonesia di BSD 2008 (ummi sedang mengandung Al-Fath 6-7 bulan saat itu). Sepanjang perjalanan, via bus dari Jogja, saya hanya senyum2 membaca novel ini. Terkadang, puisi cinta Majnun terlalu aneh untuk dirasakan. Namun terkadang juga cukup bisa dimengerti. Betapa Majnun (berarti Gila) yang awalnya adalah anak Ketua Suku Banu Amir yang tampan dan sehat badannya, berubah menjadi orang gila : tak berbaju, kusut masai dan berjalan tak tentu arah dengan ditemani sahabat2nya dari kalangan hewan-hewan buas. Qaiz nama aslinya, namun berubah menjadi Layla Majnun, saat dari lisannya hanya terdengar rintihan suara hati cintanya yang terdalam terhadap Layla

Tidak ada yang tahu dengan pasti, bagaimana cinta Majnun terbit pertama kali. Di novelnya tidak diceritakan, juga tidak ada yang mampu menceritakan. Cinta itu datang begitu saja, dengan hebatnya. Meluluh lantakkan segala eksistensi selain Layla dari hati Majnun : "Oh Layla, kekasihku. Aku adalah hamba dari cintamu. Eksistensiku terbakar oleh cintamu." Kira-kira seperti itu absurdnya kata-kata Majnun.

Bagaimana dengan Layla? Cintanya dipendam di hati, sampai akhirnya dibawa sampai akhir hayatnya. Ia akhirnya dinikahkan dengan seorang Pemuda kaya dari Suku lain, yang telah terpesona dengan kisah kecantikan Layla. Orang tua Layla khawatir putrinya didekati dengan Qaiz, yang sekarang adalah menjadi Majnun, si Gila.

Suami Layla adalah seorang ksatria. Ia tidak mau menyakiti Layla, dan tidak mau menjamah Layla, sampai akhirnya cinta Layla tertuju untuknya. Ini tidak pernah terjadi. Akhirnya, Suami Layla meninggal dengan penuh penderitaan. Layla menyangka ia akan bahagia, dan akan segera menikah dengan Qaiz kekasihnya. Dan, orang suruhan Layla pun mendatangi Qaiz yang saat ini telah menjadi Hamba dari Cinta : hidup di dalam gua, bertelanjang tanpa pakaian sehelai pun, bersembunyi di semak-semak dengan dikelilingi oleh hewan-hewan buas, sehingga tidak ada seorang pun yang berani mengusiknya.

Pertemuan mereka hanya sebentar.
Cukup bagi Majnun untuk melantunkan puisi Cinta dari Hatinya, dan didengar oleh Layla. Namun, akhirnya Majnun sadar, cinta mereka telah demikian besarnya, sehingga tidak mampu untuk diungkapkan dengan apapun di dunia ini. Tidak dengan pernikahan. Majnun pun berlari menjauhi Layla dari kebun pertemuan itu.

Layla pun sadar akan hakikat cinta mereka. Yang telah melebihi cinta kepada Ilahnya, Allah Yang Maha Tinggi. Tuhan tak akan meridhoi cintai yang sebesar ini untuk dipertemukan di dunia. Tidak dengan pernikahan.

Akhirnya Layla jatuh sakit. Dan menderita, sampai akhirnya nyawanya direnggut Pemutus Segala Kelezatan, Malaikat Maut. Keluarga Layla menguburkan jasadnya di suatu tempat di desa tersebut. Penderitaan akibat kematian Layla ternyata belum berakhir sampai disitu.

Qaiz yang mendengar berita kematian Layla, segera berlari seperti diterbangkan angin ditemani oleh Singa, Harimau dan segala hewan buas sahabatnya. "Oh, kekasihku kau telah meninggalkan diriku. Kini, kehidupanku tak ada artinya lagi". Ia memeluk kuburan Layla dan meratap-ratap, berguling-guling di atas tanah pekuburan itu. Berusaha menghilangkan penderitaan yang menghunjam ke dalam hatinya yang terdalam. Sampai akhirnya terucap : "Wahai Sang Pencipta, cabutlah nyawaku untuk menuju kekasihku. Oh Layla..." Dan Qaiz pun meregang nyawa.

...

Tak ada yang tahu berapa lama jasad Qaiz terbujur di pekuburan itu. Tak ada yang berani mendekatinya. Entah 1 tahun, 2 tahun atau 3 tahun. Sahabat-sahabat Qaiz yang berupa hewan buas setia menemani Qaiz, sampai jasadnya telah melebur kembali menjadi tanah. Barulah mereka meninggalkan Qaiz.

Setelah memastikan hewan-hewan tersebut menghilang, barulah penduduk desa mendekati kuburan Layla dan turut menangisi kisah Cinta yang demikian memilukan. Mereka membangunkan tempat yang baik bagi kuburan tersebut.

NB :
  • Wahai, sudahkah saya sampaikan, bahwa tidak hanya 3 kematian yang terjadi pada Kisah Cinta mereka? Namun Ayah Qaiz yang mati karena tak kuasa menanggung penderitaan anaknya. Juga dua pasukan yang saling bertempur dari Kabilah Ayah Layla dan sahabat Qaiz yang berusaha memenangkan Layla demi sahabatnya Qaiz?
  • Cinta yang melebihi Cinta kepada Pencipta, tak boleh dilanjutkan di dunia.
  • Tidak dengan pernikahan.
Catatan Khusus, pada back cover dari buku ini, dikisahkan mimpi seorang sufi berikut ini :
"Ia melihat Tuhan sedang mengelus-ngelus kepala Qaiz dan berkata : 'Tidakkah engkau malu memanggil nama Layla saat mengatakan cinta kepadaKu?'"

Sufi itu terbangun dan berpikir, "Sekarang aku sudah tahu posisi Qaiz, namun bagaimana dengan Layla?". Kemudian ada jawaban berupa suara yang tak tampak wujudnya (hatif), "Posisi Layla lebih tinggi lagi, karena ia memendam cinta itu di hatinya".

Ya, Qaiz tak mampu memendam cinta sebesar itu di hatinya. Berbeda dengan Layla. Kekasihnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar